Jenis plastik ini biasanya memiliki simbol anak panah segitiga dengan angka 1 dan tulisan PETE atau PET di bagian bawahnya. Simbol satu ini dapat kita temukan pada berbagai kemasan makanan dan minuman, seperti kemasan minuman, botol minyak, botol minyak angin, botol minuman soda, hingga toples selai, biasanya plastik jenis ini hanya dapat digunakan sekali pakai saja.
Simbol ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh menggunakan tempat makan atau minuman berulang kali, apalagi jika diisi dengan air panas, karena hal ini dapat menyebabkan lapisan polimer dan zat karsinogenik yang ada di plastik dapat larut di air tersebut sehingga dapat membahayakan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kanker pada tubuh manusia.
Plastik jenis ini memiliki simbol anak panah segitiga berangka 2 dan terdapat tulisan HDPE atau PE-HD di bawahnya. Bentuk simbol tersebut menandakan bahwa jenis plastik tersebut adalah High-density Polyethylene.
Jenis plastik ini biasanya lebih tebal daripada yang lainnya, seperti galon air minum, botol susu, serta botol sabun, shampo. Jadi, cukup aman jika ingin digunakan berulang kali.
Plastik jenis ini memiliki simbol anak panah segitiga berangka 3 dan terdapat tulisan PVC atau V di bawahnya. Jenis plastik ini biasanya digunakan pada pipa air, kabel listrik, dan mainan anak.
Semua barang berbahan plastik polyvinyl chloride ini beracun, karena di dalamnya terkandung berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat larut dan tentunya dapat berdampak buruk pada kesehatan. Jadi kita perlu waspada dengan jenis plastik ini dan hindari untuk membeli mainan untuk anak yang berbahan plastik jenis ini.
Plastik jenis ini memiliki simbol anak panah segitiga berangka 5 dan tulisan LDPE, yqng menunjukkan bahwa tempat penyimpanan tersebut terbuat dari plastik low-density polyethylene.
Simbol ini biasa terdapat pada kemasan kantong kresek, plastik sampah, dan bungkus makanan ringan. Jenis plastik ini cenderung elastis, dapat bertahan lama, dan boleh digunakan secara berulang kali. Plastik jenis LDPE juga memiliki ketahanan yang kuat terhadap suhu panas dan uap air, serta dapat melalui proses daur ulang dengan mudah.
Plastik jenis ini memiliki simbol anak panah segitiga berangka 5 dan tulisan PP di bawahnya. Plastik jenis ini relatif aman, biasanya, plastik tersebut banyak digunakan sebagai bahan untuk kotak bekal, wadah penyimpanan makanan, hingga botol minum bayi.
Polypropylene cenderung lebih kuat, ringan, tahan lama, mampu menahan suhu tinggi, dan tampilannya juga lebih mengkilap. Pastikan Anda memilih plastik jenis ini jika ingin menggunakannya untuk bekal makanan atau botol minum, terutama untuk anak-anak Anda.
Kamu pernah dengar kalau styrofoam itu berbahaya bagi kesehatan tubuh? Ya, ternyata bahan dari styrofoam adalah plastik polystyrene.
Biasanya, wadah tempat makan ini memiliki simbol anak panah segitiga berangka 6 dan ada tulisan PS di bawahnya, seperti gambar berikut.
Selain pada styrofoam, kamu juga dapat menemukan simbol ini pada karpet telur, sendok atau garpu plastik, dan foam packaging.
Namun, usahakan untuk menghindari jenis plastik ini ya, Ruppers. Soalnya, polystyrene dapat mengeluarkan zat kimia berbahaya, yang bisa memicu timbulnya kanker, terutama saat bersentuhan dengan suhu yang tinggi. Masih berani pakai kemasan plastik ini?
Jenis plastik terakhir yang mungkin juga sering kamu temukan adalah dengan simbol anak panah segitiga berangka 7 dan ada tulisan OTHER atau O di bagian bawahnya.
Simbol ini menandakan bahwa jenis plastik ini tidak termasuk ke 6 kategori lainnya atau bisa disebut sebagai other plastics.
Sebenarnya, penggunaan plastik ini sangat berbahaya karena dapat melepaskan zat beracun, seperti Bisphenol-A (BPA), yang mampu merusak organ dan hormon dalam tubuh.
Namun, ternyata banyak sekali yang menjual perlengkapan makan dengan kemasan ini, seperti botol minum olahraga atau botol susu bayi.
Oleh karena itu, saat membeli perlengkapan makan, pastikan memilih yang bersimbol 5 atau memiliki tulisan BPA Free, ya.
Ternyata, tidak semua tempat makan plastik aman untuk menyimpan makanan. Nah, agar tidak salah pilih, perhatikan beberapa hal berikut ini saat membeli wadah penyimpanan makanan berbahan plastik.
Terdapat tanda food grade, yaitu simbol gelas dan garpu, artinya bisa dipakai untuk memproduksi alat makan.
Memiliki tanda food safe, yaitu simbol centang. Artinya, makanan dan minuman yang diletakkan ke dalam wadah aman dan tidak akan terkontaminasi bahan-bahan kimia.
Ada merek dagang yang dipatenkan, yaitu ada simbol M (trademark) atau R (registered). Tanda ini memiliki arti bahwa produk sudah terdaftar dan terjamin keasliannya.
Pengertian Styrofoam
Styrofoam adalah salah satu jenis plastik yang terbuat dari zat polystyrene (PS). Styreofoam telah digunakan oleh masyrarakat untuk berbagai keperluan yaitu: bungkus/wadah makanan, pelindung elektronik, dll. Styreofoam dapat dimasukkan dalam kategori plastik dan mengandung berbagai zat kimia yang berbahaya bagi manusia, diantaranya benzene dan styrene. Apabila manusia terpapar zat beracun tersebut, maka risiko kanker akan meningkat. Proses pembuatannya melalui pencampuran gelembung udara sehingga dapat mengembang dan memiliki berat yang ringan seperti busa.
Dibalik manfaat ekonomis yang dimiliki, ternyata limbah yang dihasilkan oleh styrofoam dihasilkan sulit untuk dihancurkan dan mampu bertahan hingga ratusan tahun tanpa terurai secara alami. Kantong plastik yang sering kita gunakan saat berbelanja membutuhkan setidaknya 20 tahun untuk dapat terurai. Botol plastik yang kita dapatkan ketika membeli minuman di supermarket bahkan membutuhkan waktu lebih lama lagi, yaitu sekitar 450 tahun. Jika plastik membutuhkan puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai, styrofoam justru tidak bisa terurai, atau decompose, sama sekali. Bentuknya akan tetap sama meski terkubur di dalam tanah, tidak akan hancur maupun terurai.
Dampak Styreofoam bagi Lingkungan
Berikut ini dampak dari bahaya styrofoam bagi lingkungan dan makhluk hidup:
1. Merusak Lapisan Ozon
Bahan pembuatan styrofoam juga mengandung Polistirena dan gas CFC (freon) yang dapat merusak lapisan ozon.
2. Limbah Kelima Paling Berbahaya di Dunia
WHO (World Health Organization) dan EPA (Environmental Protection Association) memasukkan styrofoam dalam kategori benda yang memiliki kandungan tidak sehat.
3. Mengandung 57 Jenis Zat Berbahaya
Dalam proses pembuatan styrofoam akan menimbulkan polusi udara berupa bau tidak sedap dan dapat mengganggu pernapasan. Dalam polusi yang dihasilkan tersebut, terkandung 57 macam zat berbahaya bagi makhluk hidup
4. Merusak Lingkungan
Karena sulit terurai secara alami, sampah dari styrofoam dapat mencemari lingkungan seperti pencemaran tanah dan pencemaran air.
5. Menghasil Gas Beracun
Masih berkaitan dengan sulitnya styrofoam terurai secara alami, maka untuk mengurainya diperlukan teknologi tinggi dan mahal. Banyak masyarakat yang menghancurkannya dengan cara dibakar, namun justru akan menimbulkan bahaya baru berupa emisi beracun dan gas karbon yang beracun.
6. Meningkatkan Risiko Kanker
WHO (World Health Organization) telah memberikan pernyataan bahwa benzene dan styrene (bahan pembuatan styrofoam) bersifat karsiogenik dan dapat menyebabkan tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh manusia jika kandungan di dalam tubuh melebihi 5000 ppm.
Tahukah Kamu? ternyata bahan kemasan plastik memiliki katagori sesuai dengan karakteristiknya. Secara umum, kemasan plastik dibedakan menjadi 2 katagori yaitu flexibel dan rigid.
Flexible plastic adalah kemasan plastik yang berbentuk lembaran dan lentur, yang umumnya terbagi menjadi 2 bagian: yaitu single layer (satu lapisan) dan multi layer (lebih dari satu lapisan)
Plastik jenis Single layer (satu lapisan) sering kita jumpai pada kantong plastik, kantong kresek (asoy), kantong sampah (trash bag) dan sebagainya, sedangkan plastik jenis multi layer: terdiri dari beberapa jenis material yang mana setiap lapisannya terdiri dari sealing layer, barrier layer, dan printing layer, contoh dari plastik multilayer ini adalah kemasan produk berbentuk sachet, seperti: bungkus kopi, sabun, deterjen, dll
Lapisan-lapisan bertumpuk yang terdapat pada plastik multilayer ini menjadikannya sebagai sampah yang sangat sulit terurai dan tidak mudah dilebur karena terbuat dari bahan baku yang memiliki titik leleh berbeda.
Rigid plastic adalah jenis kemasan plastik yang memiliki sifat kaku, dimana produk ini diproduksi melalui mesin dan menggunakan sebuah cetakan yang sudah didesain sesuai bentuk produknya. contohnya botol, jerigen, tutup botol, alat rumah tangga, dan sebagainya.
sumber: dari berbagai sumber
Plastik mika merupakan salah satu plastik yang paling banyak kita jumpai pada kemasan makanan atau bahan baku pembuatan aksesoris, karena bentuknya yang menarik dan ringan dengan harga yang relatif murah, maka masyarakat lebih memilih untuk menggunakan plasstik mika.
Plastik mika sendiri merupakan salah satu jenis plastik berbahan baku utama Polyvinylchloride (PVC), yang umumnya dipergunakan diberbagai bidang. Plastik mika sendiri dalam kehidupan sehari-hari dipergunakan mulai dari kemasan pembungkus sampai dengan bahan baku pembuatan aksesoris, seperti tas salah satunya.
Pada penggunaan sebagai kemasan produk makanan dan minuman, bahan ini hanya direkomendasikan untuk sekali pakai saja, mengingat bahannya yang jika digunakan secara terus menerus atau berulang kali akan berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Selain itu, bahan plastik mika ini juga memiliki kecenderungan sebagai salah satu jenis plastik yang amat susah terurai di dalam tanah sehingga cara daur ulangnya pun harus dilakukan secara khusus karena bahan sejenis PVC memang dianggap tidak ramah lingkungan.
sumber: dari berbagai sumber
Ecobrick adalah botol plastik (PET) yang diisi padat dengan limbah non biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali dalam jangka waktu yang panjang. Sesuai dengan namanya ecobricks adalah sebutan untuk bata ramah lingkungan. Ecobricks dibuat dengan cara memasukkan sampah plastik yang sudah tidak digunakan lagi kedalam botol plastik yang dipadatkan dengan menggunakan tongkat kayu.
Ecobricks pertama kali dibuat dan diperkenalkan oleh Russell Maier, seorang seniman dari Kanada, karena Ia menyadari bahaya sampah plastik bagi lingkungan dan kesehatan, sehingga berupaya untuk mencari cara untuk mengatasi sampah plastik tersebut yang pada akhirnya tercetuslah ide untuk membuat ecobrick. Saati ini ecobricks ini mulai populer diseluruh dunia dan diikuti oleh para pecinta lingkungan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi timbunan limbah plastik, terutama plastik multilayer.
Melalui pembuatan ecobricks, maka limbah plastik dapat tersimpan dengan baik dalam botol dan dimanfaatkan untuk hal berguna lainnya, sehingga limbah plastik tersebut tidak sampai dibakar, ditimbun, atau dibiarkan menggunung di tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
Kita sudah sama-sama tahu akibat dari pembakaran limbah plastik, hal ini dapat menghasilkan zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida akan terlepas ke udara, sehingga dapat membahayakan kesehatan hingga dapat menyumbang terjadinya pemanasan global. Jka limebah plastik tersebut dibiarkan begitu saja atau dibuang sembarangan, maka plastik-plastik tersebut juga akan sulit sekali terurai dan butuh waktu ratusan tahun untuk bisa hancur, dan jika pun hancur, limbah plastik tersebut tidak akan hilang, akan tetapi jutru akan menjadi micro plastik yang dapat membahayakan ekosistem di sekitarnya, seperti ekosistem tanah maupun air (sungai dan laut).
Jadi kita harus berusaha untuk dapat menghindari atau mengurangi penggunaan sampah plastik. Jika terpaksa menghasilkan sampah plastik, maka hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengumpulkan sampah tersebut dan dimanfaatkan kembali menjadi sesuatu yang berguna dalam jangka panjang seperti ECOBRICKS..
Ecobrick selain digunakan sebagai pondasi dan dinding bangunan, pemanfaatannya juga sudah mulai banyak variasinya, seperti kursi, meja, gafura, pagar rumah, penghias taman, pembatas ruangan, dan lain-lain.
Alat dan bahan:
Botol plastik bening (PET)
Sampah plastik kemasan (lebih bagus lagi gunakan plastik multilayer karena sulit terurai dan non ekonomis)
Tongkat (stick)
Timbangan
Langkah-langkah pembuatan:
Cuci dan keringkan botol plastik dan bahan kemasan plastik yang akan digunakan, agar tidak ada bakteri dalam ecobrick yang akan dibuat.
Gulung dan plastik kemasan menjadi potongan-potongan kecil
Masukkan potongan-potongan kemasan plastik kedalam botol yang telah disediakan.
Padatkan isi botol plastik dengan menggunakan stick kayu atau bambu
Timbang botol ecobrick untuk mendapatkan berat yang sesuai.
Tutup botol tersebut dan 1 botol bahan ecobrick pun telah jadi
Rangkai botol-botol ecobrick sesuai bentuk yang kita inginkan, seperti kursi, meja, gapura, pembatas ruangan, pagar rumah, dll
sumber: dari berbagai sumber
Eco Enzyme adalah hasil fermentasi limbah organik rumah tangga menjadi bahan yang memilik segudang manfaa untuk alam dan makhluk hidup yang ada didalammnya. Eco Enzyme pertama kali ditemukan oleh Dr. Rokuson Poompanvong seorang peneliti dan pendiri Asosiasi Pertanian Organik di Thailand, Dr. Rokuson melakukan penelitian tentang eco enzyme sejak tahun 1980-an, yang selanjutnya Eco Enzyme diperkenalkan secara luas oleh Dr. Joean Oan, seorang peneliti Naturopathy dari Penang Malaysia.
Pembuatan eco enzyme di berbagai lapisan masyarakat dapat membantu permasalahan sampah organik yang saat ini menjadi perbincangan hangat di kalangan pecint lingkungan, karena jumlah sampah organik terutama dari sektor rumah tangga merupakah penyumbang terbesar tumpukan sampah yang ada di TPA, yaitu sekitar 65%. Dengan produksi eco enzyme kita telah membantu mengurangi dampak negatif dari tumpukan sampah di TPA yaitu bau tidak sedap, ledakan dari tumpukan sampah, pencemaran lingkungan, serta mengurangi terbentuknya gas methana, sebagai sumber pemicu pemanasan global.
Manfaat Eco Enzyme
Manfaat ekoenzim untuk pertanian adalah sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, filter air, pupuk alami untuk tanaman, dan dapat menurunkan efek rumah kaca.
Formula pembuatan Ekoenzim diketemukan oleh
Manfaat Ekoenzim
Cairan Ekoenzim kaya akan manfaat meliputi bahan pembersih kompor, piring, pakaian, lantai, rambut, badan, hand sanitizer, detoks tubuh, pembersih udara/purifier, obat luka/bisul, anti radiasi, sebagai pembersih kolam, hewan peliharaan dan sebagai pupuk organik serta pestisida. Sedangkan ampas ekoenzim dapat dimanfaatkan sebagai pengharum mobil, caranya yaitu dengan dikeringkan terlebih lalu dimasukkan ke dalam tas kain kecil. Selain itu ampasnya juga dapat dikonversi menjadi pupuk organik padat.
Apakah ekoenzim mempunyai efek bahaya bagi Kesehatan?. Selama mengikuti dosis yang dianjurkan ekoenzim relatif aman bagi Kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Ekoenzim mengandung larutan probiotik yang membantu Kesehatan dan lingkungan.
Cara Membuat Eco Enzyme
Alat dan bahan :
gula merah/gula tetes tebu (molase)
sampah organik dapur
air murni atau bisa juga dengan air hujan
wadah terbuat dari plastik (tidak boleh kaca) yang memiliki tutup yang lebar
Tahap Pembuatan:
Masukkan semua bahan dengan perbandingan (1:3:10) yaitu 1 bagian gula, 3 bagian Bahan Organik (BO) dan 10 bagian Air kedalam wadah yang telah disiapkan. Kemudian disimpan dalam keadaan tertutup rapat/kedap udara (anaerob) selama waktu 3 bulan. di hari ke 7 wadah dapat dibuka sebentar untuk mengaduk bahan dan membuang gas yang ada dalam wadah, setelah itu tutup kembali dengan rapat (jangan dibuka-buka lagi) dan tunggu hingga bulan ke-tiga (panen). .
Saat panen cairan disaring kemudian dikemas dalam wadah atau botol bersih, sedangkan ampas dapat dijadikan pupuk organik padat atau dikeringkan sebagai pengharum ruangan.
sumber: dari berbagai sumber
Maggot atau dalam penyebutan lain disebut dengan belatung merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Seperti yang sudah disebutkan bahwa maggot merupakan larva dari jenis lalat yang awalnya berasal dari telur dan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.
Tubuh maggot berwarna hitam dan sekilas mirip dengan tawon. Siapa sangka dibalik itu semua, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan. Bagi beberapa orang, budidaya maggot merupakan potensi yang menggiurkan untuk dikembangkan.
Budidaya maggot tidak begitu sulit untuk dikembangkan, mengingat maggot berkembang biak dengan alami di alam sehingga mudah untuk mendapatkannya. Maggot bertahan hidup pada lingkungan tropis maupun subtropis sehingga potensi mengembangbiakannya sangat mudah dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis.
Perkembangbiakan Maggot berada pada media yang bersih yaitu pada media yang beraroma fermentasi sehingga lalat BSF tidak mengundang penyakit. Lalat BSF merupakan hewan yang memiliki antibiotik alami dalam tubuhnya yang membuatnya tidak membawa penyakit.
Lain halnya apabila dibandingkan dengan lalat hijau yang biasa berkembang biak pada media yang kotor atau busuk sehingga mudah mendatangkan kuman dan bakteri. Untuk mendatangkan maggot pada dasarnya cukup mudah. Seperti yang sudah disebutkan bahwa lalat BSF berkembang biak pada media yang mengandung fermentasi, maka untuk memancingnya datang kita hanya memerlukan media berfermentasi agar lalat BSF berkembang biak ditempat yang telah disiapkan.
Beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan untuk memancing lalat BSF agar dapat dikembangbiakan sebagai upaya budidaya maggot.
Bahan-bahan yang diperlukan
Dedak atau bekatul sebanyak 5 kg
EM4 atau dapat digantikan dengan yakult sebanyak 1 botol
Gula pasir 5 sendok makan
Air sebanyak 1 liter
Penyedap rasa
Peralatan yang dibutuhkan
Ember (1 berukuran besar dan 1 berukuran kecil) atau dapat diganti dengan baki
Tali untuk mengikat
Kantong plastik berwarna bening
Dedaunan atau sisa makanan
Langkah-langkah
Pertama, siapkan ember kecil dan isi dengan air sebanyak 1 liter. Tambahkan gula pasir dan EM4 atau yakult kemudian aduk hingga rata.
Siapkan ember besar dan isi dengan dedak atau bekatul dan tambahkan penyedap rasa dengan tujuan agar aromanya lebih menyengat untuk memancing lalat BSF. Aduk hingga rata
Campur larutan dari ember kecil ke ember besar sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga rata. Campuran keduanya tidak terlalu kering atau terlalu basah.
Masukan campuran keduanya dalam plastik bening separuhnya saja dan ikat ujungnya karena dedak akan berfermentasi dan mengeluarkan gas sehingga perlu adanya ruang udara untuk gas fermentasi. Ikat ujung plastik benging dengan rafia dan simpan di tempat yang sejuk dan tunggu selama 4-5 hari.
setelah melewati waktu 4-5 hari, kantong plastik sudah bisa dibuka. Fermentasi berhasil apabila muncul aroma fermentasi yaitu aroma seperti tape.
Fermentasi dedak atau bekatul dapat disimpan ditempat yang aman dari hewan yang mengganggu dan ditutup dengan dedaunan atau bisa ditaburkan sisa makanan diatas campuran. Suhu maksimal tempat penyimpanan maggot antara 30-38 derajat celcius. Lebih bagus apabila tempat penyimpanan cukup mendapatkan sinar matahari agar kandang tetap hangat untuk membantu proses penetasan telur serta sirkulasi udara juga harus baik.
Aroma dari fermentasi akan memancing lalat BSF untuk hinggap dan bertelur di sekitar dedak hasil fermentasi.
Lalat BSF akan bertelur pada media berfermentasi kurang lebih selama 1-3 hari. Kemudian telur-telur ini akan menetas dan bergerak dengan sendiri dan memakan makanan yang ada pada media fermentasi tersebut. Dalam waktu 2-3 minggu maggot akan tumbuh besar dan siap untuk dipanen. Jangan lupa sisakan maggot agar bisa dijadikan bibit untuk mendapatkan telurnya kembali. Dengan cara tersebut tidak begitu sulit untuk memulai mengembangkan budidaya maggot.
Dengan mudahnya memperoleh maggot, budidaya maggot dapat dilakukan oleh siapapun. Potensi yang dapat dikembangkan cukup menggiurkan karena biayanya yang murah dan ramah lingkungan. Berikut ini beberapa potensi yang dapat diraup dari budidaya maggot yang mungkin belum Anda ketahui.
Maggot Mampu Menguraikan Sampah
Sampah merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan khusus karena tidak mudah untuk mengurangi produksinya. Indonesia masuk dalam kategori negara yang menghasilkan sampah terbesar nomor 4 (empat) di dunia. Diperkirakan setiap tahun produksi sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton.
Tidak hanya dari perkotaan, tetapi juga dapat dihasilkan di daerah pedesaan. Permasalahan sampah organik menjadi salah satu yang masih sulit untuk diatasi. Ketersediaan tempat penampungan dan pengolahannya masih sulit untuk diatasi terutama pada lingkungan yang padat penduduk. Sering kita mendengar bencana banjir yang disebabkan karena tersumbatnya selokan atau saluran pembuangan air.
Permasalah seperti ini biasa ditemui di beberapa kota besar. Pada perkembangannya, sebenarnya beberapa teknologi diciptakan untuk dapat menguraikan sampah, salah satunya adalah teknologi pengomposan dengan metode konvensional.
Metode ini menggunakan beberapa bahan kimia untuk menciptakan mikroba yang bertugas untuk menguraikan sampah. Akan tetapi, proses pengomposan memerlukan waktu yang cukup lama karena kemampuan mikroba tersebut dalam menguraikan tidak sebentar.
Namun, siapa sangka budidaya maggot ternyata dapat membantu mengatasi permasalahan seputar sampah. Maggot hidup dengan cara memakan limbah organik. Kemampuan maggot dalam menguraikan terbilang cepat, dikarenakan maggot termasuk serangga yang cukup rakus dalam memakan makanannya sehingga cepat dalam menguraikan sampah organik. Dibandingkan dengan mikroba lain, maggot lebih cepat menguraikan sampah.
Setelah menetas, maggot membutuhkan sampah organik sebagai makanan untuk bertahan hidup. Maggot bukanlah serangga jenis hama sehingga pengembangbiakannya untuk menguraikan limbah termasuk aktivitas yang ramah lingkungan.
Produksi limbah terbesar dapat dikatakan berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Sebagai gambaran, satu ekor maggot memiliki kemampuan mengurai sebesar 25-500 mg dalam waktu satu hari, sementara 15 ribu maggot mampu menguraikan sampah sekitar 2 kg dalam kurun waktu 24 jam.
Satu ekor induk lalat BSF mampu menghasilkan 400-800 telur sehingga dalam satu kali bertelur jumlah maggot yang akan didapatkan terbilang sangat banyak hanya untuk satu ekor induk saja. Dengan demikian, budidaya maggot yang diintegrasikan dengan sektor pertanian dan perkebunan tidak salah untuk dikembangkan dan dapat menguntungkan untuk semua pihak.
Maggot Dapat Dijadikan Pakan Ternak
Dalam beternak, pakan merupakan hal yang tidak boleh untuk dilewatkan. Kualitas hewan ternak dapat ditentukan dari pemberian pakan yang baik. Agar ternak tumbuh dengan sehat dan berkualitas, pakan ternak yang diberikan juga harus berkualitas.
Berbagai macam pakan ternak yang memiliki kualitas yang unggul dijual di pasaran. Salah satu yang menjadi unggulan sebagai pakan ternak merupakan hasil budidaya maggot yang dikembangkan oleh masyarakat.
Maggot biasanya diberikan untuk beberapa hewan ternak seperti jenis unggas maupun untuk jenis ikan. Larva lalat BSF atau maggot merupakan pakan ternak yang bernilai unggul dikarenakan kandungan beberapa nutrisi dalam maggot baik untuk ternak.
Dalam tubuh maggot terkandung asam amino dan protein sebesar 40%. Zat-zat lain juga dapat ditemukan dalam maggot sehingga jenis pakan ternak ini akan semakin banyak penggemarnya. Disisi lain, penggunaan maggot sebagai pakan ternak dapat dikatakan memiliki banyak keunggulan.
Pertama, maggot merupakan hewan yang tidak berbau amis dan tidak membawa atau menularkan penyakit sehingga tidak akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan karena baunya. Kedua, mudah dicerna oleh ternak karena berukuran kecil dan kandungan nutrisi yang unggul akan membuat ternak tumbuh dengan sehat dan bobot hewan tumbuh secara alami karena nutrisi yang dikonsumsinya.
Ketiga, budidaya maggot mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan tempat yang luas sehingga mudah untuk didapatkan dan biaya budidaya tergolong murah. Terlebih waktu panen larva lalat ini cukup teratur dan jelas.
Peternakan dengan skala besar tentu mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk pengadaan pakan ternak yang berkualitas. Dengan memanfaatkan maggot sebagai pakan ternak, biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sehingga akan menambah keuntungan.
Pupuk dari Maggot
Indonesia merupakan salah satu negara yang memanfaatkan sektor pertanian dalam pembangunan negara. Masyarakat banyak yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian. Dalam dunia pertanian, pupuk memegang peranan yang cukup penting. Untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas baik, dibutuhkan pupuk yang mampu menunjang kesuburan tanah atau lahan.
Namun, harga pupuk di pasaran terbilang cukup mahal. Apabila harga pupuk mahal, para petani tentu harus berpikir dua kali untuk membelinya. Dengan demikian, diperlukan pupuk alternatif yang mampu mengatasi persoalan ini. Pupuk alternatif ternyata dapat dihasilkan dari seekor hewan bernama maggot. Dengan memanfaatkan budidaya maggot yang dilakukan masyarakat, hal tersebut bisa digunakan untuk sektor pertanian.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa maggot dapat menguraikan sampah organik dengan baik. Kemampuan ini yang membuat proses penguraian sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman.
Dengan memanfaatkan kasgot, pupuk organik dapat diperoleh. Adapun yang dimaksud dengan kasgot yaitu uraian atau sisa dari sampah yang dimakan hasil dari budidaya maggot. Kasgot inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pupuk tanaman oleh para petani. Dalam kasgot terdapat beberapa unsur yang baik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan kualitas hasil tanaman.
Pemanfaat Kasgot hasil budidaya maggot sebagai pupuk organik lebih aman untuk digunakan dalam pertanian bila dibandingkan dengan penggunaan pupuk sintetis yang banyak dijual. Unsur-unsur yang terdapat dalam kasgot dapat memperbaiki struktur tanah, baik itu struktur kimia, biologi, dan fisika sehingga membuat menyeimbangkan tanah dan dapat menyuburkan.
Sedangkan pada pupuk sintetis, unsur-unsur kimia yang ada di dalamnya ternyata tidak dapat diserap dengan sempurna oleh tanaman. Sisa unsur yang tidak diserap ini akan menempel pada tanah sehingga membuat tanah menjadi keras karena sifatnya mirip dengan lem apabila terkena air yang menyebabkan tanah menjadi lengket dan tidak subur.
Tanah juga akan berubah menjadi asam karena unsur kimia tersebut. Hal ini memicu beberapa hewan yang hidup di tanah terkena dampaknya dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kepunahan.
Penggunaan pupuk sintetis secara berkepanjangan berdampak pula untuk manusia. Unsur-unsur kimia yang terbawa air hasil dari penggunaan pupuk sintetis yang apabila sampai dikonsumsi oleh manusia tentu akan menyebabkan permasalahan kesehatan yang serius dan fatal karena bukan porsinya untuk dikonsumsi.
Dengan memanfaatkan budidaya maggot sebagai penghasil pupuk organik ternyata dapat membantu para petani dalam menghasilkan tanaman yang berkualitas untuk dikonsumsi dan turut menjaga lingkungan dari bahaya pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk sintetis.
Budidaya maggot penghasil kasgot untuk menghasilkan pupuk organik masih sedikit yang menyadarinya. Maka dari itu, perlu adanya pengembangan agar masyarakat mulai beralih menggunakan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk sintetis yang berbahaya.
Untuk memulai budidaya maggot terbilang mudah. Maggot memiliki fase metamorfosis yang cukup cepat. Tergolong ke dalam lima tahap, berikut ini fase metamorfosis dari maggot:
– Telur
Lalat BSF berkembang biak pada lingkungan yang berfermentasi. Perkawinan lalat jantan dan betina akan menghasilkan telur. Induk maggot dapat memproduksi telur maggot antara 400 hingga 800 telur. Butuh waktu sekitar 4 hari bagi telur maggot untuk menetas menjadi instar.
– Instar (Larva)
Pada fase ini, instar belum memiliki mulut yang sempurna untuk mengkonsumsi makanannya sehingga membutuhkan makanan yang bertekstur lembut. Panjang tubuh dapat mencapai 2,5 cm dan lebarnya 0,5 cm dengan warna krem atau kehitam-hitaman sepanjang tubuhnya. Masa hidup instar yaitu sekitar 14 sampai 16 hari. Instar inilah yang biasa disebut dengan maggot.
– Prepupa
Fase ketiga pada perkembangan maggot adalah prepupa yang merupakan peralihan dari instar menjadi pupa. Pada fase ini, maggot cocok dijadikan sebagai pakan ternak untuk ikan baik itu untuk unggas atau ternak ikan.
– Pupa
Pupa merupakan fase ujung dari pertumbuhan maggot atau dapat dikatakan sebagai fase kepompong. Butuh waktu antara 2 hingga 3 minggu bagi pupa untuk berubah menjadi lalat dewasa atau maggot.
– Lalat BSF Dewasa
Setelah melewati fase perkembangan dari telur sampai menjadi pupa, tahap selanjutnya adalah pertumbuhan menjadi lalat BSF. Pada fase ini, lalat maggot dewasa menghabiskan waktunya hanya untuk kawin dengan tujuan bereproduksi dan lalat BSF dewasa tidak mencari makanan karena sumber makanannya berasal dari lemak yang keluar dari dalam tubuhnya sendiri.
Dengan beragam manfaat yang diperoleh, budidaya maggot dapat dijadikan sebagai ladang bisnis sampingan karena tidak memerlukan perlakuan atau teknis khusus dalam merawatnya. Siapapun bisa mengembangkan budidaya maggot termasuk peternak karena dapat menekan pengeluaran untuk membeli pakan ternak yang berkualitas.
Selain bisa dijadikan pakan ternak, maggot dapat dapat dijual sehingga menambah pemasukan. Keuntungan yang didapatkan bisa berlipat dari upaya ini. keuntungan secara finansial juga bisa didapatkan dengan mengembangkan maggot sebagai bisnis.
Sumber makanan untuk maggot pun tidak sulit untuk didapatkan karena berasal dari sampah atau limbah organik. Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang ini, budidaya maggot tidak ada salahnya untuk dicoba karena bisa dilakukan di rumah masing-masing.
sumber: dari gramedia.com
Banyak yang mengira sampah dan limbah tidak berbeda karena sama-sama kotor. Jangan salah, sampah dan limbah berbeda jauh, dengan tahu maknanya diharapkan orang bisa lebih paham mengelola sampah atau limbah.
Ketika menemukan sampah atau limbah, kesulitan pertama yang terjadi adalah susahnya membedakan sampah atau limbah khususnya di kalangan industri. Belum lagi masalah limbah yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Khusus limbah B3 terdapat peraturan perundangan yang mengaturnya lebih spesifik. Sedangkan mengenai sampah baru-baru ini terdapat peraturan perundangan yang mengikat, setelah sekian lama tidak ada sistem pengelolaan sampah yang semakin menumpuk di seluruh area negara ini.
Pada kenyataannya sampah dikenal di lingkungan rumah tangga, sedangkan limbah dikenal di lingkungan industri. Memang anggapan ini benar sesuai dengan pengertian harafiah berdasarkan peraturan perundangan lingkungan.
Dilansir dari Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang sampah dan limbah dapat dibedakan sebagai berikut:
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Penghasil sampah adalah setiap orang atau akibat proses alam yang menghasilkan sampah. Hampir semua sampah bisa didaur ulang baik untuk pupuk atau lainnya.
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan.
Sampah identik dengan kegiatan manusia secara individu maupun berkelompok. Limbah lebih identik dengan suatu kegiatan atau proses yang lebih kompleks seperti yang ada di lingkungan industri. Hasil kegiatan atau aktivitas atau proses industri yang tidak dapat digunakan kembali dapat disebut limbah, tetapi beberapa limbah industri kini dapat dimanfaatkan kembali.
"Dengan adanya pengertian tersebut maka kita dapat dengan mudah melakukan identifikasi antara sampah dan limbah, ke depannya kita dapat lebih memahami dan melakukan pemilahan sampah dan limbah dengan baik dan benar," bunyi siaran pers Family Environmental Edutainment, Jumat (23/7/2010).
Intinya baik sampah atau limbah harus dapat dikelola dengan baik dan benar sehingga meminimalisasi adanya sampah dan limbah di area TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Maka buatlah sampah menjadi suatu yang berharga. Jangan hanya berpikir sampah menjadi kotoran yang tidak berarti, bahan cemoohan, bahan tontonan atau bahkan menjadi bahan komplain.
Acara Family Environmental Edutainment yang diselenggarakan di Bumi Perkemahan Cibubur 23 Juli 2010, pukul 09.00 - 16.00 WIB akan mengajak masyarakat mengikuti pelatihan dan workshop kompos, kreasi barang bekas, kalkulator jejak karbon, pembutan lubang resapan biopori, merancang rumah sehat ramah lingkungan, daur ulang kertas dan lainnya.
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Tautan Situs Pengelolaan Limbah B3 : http://pslb3.menlhk.go.id/
LNG Laboratory, Environment Enthusiast, ISO 14001:2015 Lead Auditor
Diterbitkan 10 Mei 2020
Banyak dari kita yang mengira bahwa sampah dan limbah tidaklah berbeda karena sama-sama kotor dan merupakan zat sisa. Eitss Jangan salah, sampah dan limbah berbeda lohh!!!!!!
Pada saat kita menemukan sampah atau limbah, hal yang terjadi adalah susahnya membedakan sampah atau limbah khususnya di kalangan industri. Belum lagi masalah limbah yang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Khusus limbah B3 terdapat peraturan perundangan yang mengaturnya lebih spesifik yakni PP 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.
Menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk PADAT. Sampah di bagi menjadi 3 jenis :
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah Sampah Rumah Tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
Sampah spesifik adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3); sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan Beracun (LB3); sampah yang timbul akibat bencana; puing bongkaran bangunan; sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.
Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.
Dalam hal pembuangan Sampah tidak di perlukan Izin khusus, akan tetapi Izin diperlukan untuk kegiatan pengelolaan Sampah. "Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai dengan kewenangannya (pasal 17)".
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam hal ini termasuk kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Hampir semua sampah bisa didaur ulang baik untuk pupuk ataupun lainnya.
Sedangkan Limbah adalah sisa suatu Usaha dan/atau kegiatan. Limbah dapat berbentuk padat, cair dan ataupun Gas yang kadang dalam hal pembuangan membutuhkan Izin dari Pemerintah Kabupaten dan/atau Pemerintah Pusat. Seperti Pembuangan Air Limbah ke air yang memerlukan izin tertulis dari Bupati/walikota (PP No. 82/2001). Apabila limbah terdapat kandungan Bahan Berbahaya dan beracun maka perlu penanganan yang lebih spesifik sesuai PP 101/2014. Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan (Daryanto, 1995).
Sehingga Sampah identik dengan kegiatan hidup sehari-hari manusia secara individu maupun berkelompok (Tidak termasuk tinja) sedangkan Limbah lebih identik dengan suatu usaha dan/atau kegiatan yang memiliki proses seperti yang ada di lingkungan industri.
Sumber :
Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daryanto. (1995). Masalah Pencemaran. Bandung; Tarsito
sumber: